Perbaikan Dynamic Compaction pada New Yogyakarta International Airport
By Rommy In News On 6 May 2020
KULON PROGO, – Potensi bencana alam memang mengelilingi Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tidak hanya ancaman gempa bumi dan tsunami, ancaman bencana juga berupa likuefaksi atau pencairan tanah. PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mengklaim telah melakukan langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi kemungkinan datangnya bencana-bencana itu, termasuk likuefaksi.
Mitigasi likuefaksi
Direktur Teknik Angkasa Pura 1, Lukman F Laisa menceritakan, likuefaksi memang salah satu ancaman yang bisa berakibat serius bagi Yogyakarta International Airport (YIA). Pasalnya, struktur tanah pada YIA adalah pasir dan muka air laut yang tinggi.
“ Likuefaksi ini memungkinkan terjadi di sini, karena material di sini ini pasir halus. Kemudian muka air yang tinggi. Bila kita goyang airnya ini naik dan pasirnya turun,” kata Lukman ketika menerima rombongan Komisi V DPR RI di kantor PP, Senin (5/8/2019). Pemadatan struktur tanah pasir pun dilakukan khusus agar pasir tidak mudah bergerak. AP I pun menerapkan teknik Dynamic Compaction untuk kawasan kosntruksi pada sisi udara YIA. Teknik ini berupa upaya pemadatan dengan menjatuhkan besi seberat 20 ton dari ketinggian 25 meter. Sedangkan pemadatan pada sisi darat dilakukan dengan rapid impulse compection. “Kedua teknik itu atas rekomendasi pakar-pakar likuifaksi. Para pakar itu terlibat di sini. Kita mengikuti semua rekomendasinya. Semua itu menyebabkan cost naik,” kata Lukman. Likuefaksi satu dari beberapa potensi bencana yang bagi sisi selatan pulau Jawa. Kawasan ini kerap dianggap paling sering menerima bencana, utamanya gempa dan tsunami. Pada sisi yang sama, di Yogyakarta, YIA dibangun dan sebentar lagi beroperasi secara penuh.
Tahan gempa M 8,8 dan tsunami 12 meter
Demi menghadapi ancaman itu, terminal dibangun dengan kemampuan menahan gempa berkekuatan magnitudo 8,8. Menghadapi tsunami, sejumlah bangunan juga dirancang mampu menghadapinya. AP membangun terminal dan beberapa bangunan pendukungnya dengan ketinggian bangunan di atas kemungkinan tsunami yang akan datang ke bandara. Tsunami diperkirakan bisa sampai 12 meter. Karenanya, lantai mezanin dan lantai kedatangan langsung berada pada ketinggian 15,25 meter dari permukaan laut. Lantai keberangkatan yang berada di atas lantai mezanin berada pada ketinggian 21,25 meter. Penumpang yang berada di atasnya tentu akan aman. Sementara itu, landasan pesawat berada 7,4 meter di atas permukaan laut. Sedangkan landasan apron 9 m. “Setiap hari kami menjawab pertanyaan tentang tsunami. Tsunami ini selalu menjadi momok,” kata Lukman. Lukman menceritakan, pihaknya sampai memperhitungkan bagaimana tsunami itu datang sampai tiba di apron dalam tempo 37 menit sejak gempa terjadi. Kecepatan terjangan ombak 18-20 km per jam. Dalam waktu seperti itu, AP telah merancang pihaknya bisa menerbangan semua pesawat.